A.
Pengertian
Anemia adalah suatu istilah yang
menunjukkan rendahnya sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di
bawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan pencerminan keadaan
suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi
apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke
jaringan.(Brunner & Suddarth, 2001)
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau
kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia
adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah,
elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel
darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada
banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2002)
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau
konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003)
B. Etiologi
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan
oleh rendahnya masukan zat besi, gangguan absorpsi, serta kehilangan besi
akibat perdarahan menahun :
1. Kehilangan besi
akibat perdarahan menahun yang dapat beasal dari :
a. Saluran
cerna Akibat dari tukak peptik kanker lambung, kanker kolon,
divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang
b. Saluran
genetalia wanita àmenoragi atau metroragi
c. Saluran
kemih
hematuria
d. Saluran nafas
hemoptoe
2. Faktor
nutrisi akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas
besi yang tidak baik (makanan banyak mengandung serat, rendah vitamin C, dan
rendah daging)
3. Kebutuhan besi
meningkat seperti pada prematuritas anak dalam masa pertumbuhan dan
kehamilan
4. Gangguan
absorpsi besi gastrekotomi, kolitis kronik Penyebab anemia megaloblas adalah sebagai berikut :
a. Defisiensi Vit B12
b. Asupan kurang : pada vegetarian
c. Malabsopsi
C. Manifestasi Klinis
1. Manifestasi klinis anemia defisiensi besi
a. Pucat oleh karena kekurangan volume
darah dan Hb, vasokontriksi
b. Takikardi dan bising jantung
(peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada)
c. Dispnea, nafas pendek, cepat capek
saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
d. Sakit kepala, kelemahan, tinitus
(telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada SS
e. Anemia berat gangguan GI dan CHF
(anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)Pucat merupakan tanda paling penting
pada defisiensi besi. Pada ADB dengan kadar Hb 6-10 g/dl terjadi mekanisme
kompensasi yang efektif sehingga gejala anemia hanya ringan saja. Bila kadar Hb
turun <> 100 µg/dl eritrosit. Gejala khas yang dijumpai pada defisiensi
besi dan tidak dijumpai pada anemia jenis lain adalah sebagai berikut :
1) Koilorikia Kuku
sendok (Spoon nail) kuku menjadi rapuh, bergaris-garis
vertical, dan menjadi cekung seperti sendok.
2) Atrofi papilla lidah permukaan
lidah menjadi licin dan mengilap karena papil lidah menghilang.
3) Stomatitis
angularis adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak
sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
4) Disfagia nyeri menelan
karena kerusakan epitel hipofaring.
5) Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan
aklorida.
2. Manifestasi Klinis Anemia Megaloblastik
Gejala klinis yang biasanya
muncul pada anemia megaloblastik adalah sebagai berikut :
a.
Tubuh lemah,tidak bertenaga dan
pucat
b.
Anemia karena eritropoesis yang
efektif
3.
Ikterus ringan akibat pemecahan
globin Glositis dengan lidah berwarna merah, halus, seperti daging (buff tongue),
stomatitis angularis, dan nyeri.
4.
Selain mengurangai pembentukan
sel darah merah, kekurangan vitamin B12 juga mempengaruhi sistem saraf dan
menyebabkan:
a.
Kesemutan di tangan dan kaki
b.
Hilangnya rasa di tungkai, kaki
dan tangan
c.
Pergerakan yang kaku.
d.
Purpura trombositopeni karena
maturasi megakariosit terganggu.
e.
Pada defisiensi vitamin B12
dijumpai gejala neoropati sebagai berikut:
1)
Neuropati perifer: Mati rasa,
terbakar pada jari.
2)
Kerusakan kolumna Posterior:
Gangguan posisi, vibrasi
3)
Kerusakan kolumna lateralis.
4)
Spastisitas dengan deep reflex
hiperaktif dan gangguan serebrasi.
D.
Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya
suatu kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau
keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi
akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang
belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel
fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan
limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki
aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤
1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam
sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat
semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin
(hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien
disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang
tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit
dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum
tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Anemia
↓
viskositas darah menurun
↓
resistensi aliran darah perifer
↓
penurunan transport O2 ke jaringan
↓
hipoksia, pucat, lemah
↓
beban jantung meningkat
↓
kerja jantung meningkat
↓
payah jantung
PATHWAS
A.
Pemeriksaan penunjang
1.
Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding
capacity serum
2. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan
adanya penyakit akut dan kronis serta sumber kehilangan darah kronis
3. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel
darah putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin
B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu
tromboplastin parsial.
4.
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hematokrit
menurun.
Jumlah eritrosit : menurun, menurun berat (aplastik);
Jumlah eritrosit : menurun, menurun berat (aplastik);
5.
MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin
korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik,
peningkatan. Pansitopenia (aplastik).
6.
Jumlah retikulosit : bervariasi, misal; menurun, meningkat
(respons sumsum tulang terhadap kehilangan
darah /hemolisis).Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan
warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe
khusus anemia).
7.
LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal
: peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal :
pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
8. Tes kerapuhan eritrosit : menurun. SDP
: jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik)atau
menurun(aplastik).Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat; normal
atau tinggi (hemolitik)
B.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang
1.
Transpalasi sel darah merah
2.
Antibiotik di berikan untuk mencegah infeksi
3.
Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah
merah
4.
Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang
membutuhkan oksigen
5.
Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6.
Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
C. Diagnosa Yang Lazim Muncul
1. Perfusi jaringan
tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan konsentrasi Hb
dalam darah.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake makanan.
3. Defisit perawatan
diri
b.d kelemahan
4. Resiko infeksi b.d pertahanan
sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)
5. Intoleransi aktifitas b.d
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
6. Gangguan
pertukaran gas b.d ventilasi perfusi
7. Ketidakefektifan
pola nafas b.d keletihan
8. Keletihan b.d
anemia
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner dan Suddarth.2001.Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.Jakarta:EGC
Marlyn E.
Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta, EGC
Smeltzer
& Bare. 2001.Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wong, Donna
L.2003.Pedoman Klinis Keperawatan
Pediatrik.Jakarta:EGC